Tukang parkir? mungkin pekerjaan ini belum pernah terlintas di pikiran saya sebelumnya. Panasnya terik matahari atau lelahnya berdiri berjam-jam menjadi tantangan tersendiri.Tapi, apa mau dikata, takdir mempertemukan saya dengan pekerjaan ini.saya baru dua bulan berada di Australia untuk melanjutkan pendidikan saya. Selama berada di negara yang dikenal dengan downunder karena letaknya di bagian selatan dunia, saya sangat ingin mengenal lebih dalam mengenai Australia dan kebudayaannya. Salah satunya dengan menjadi volunteer ( tenaga sukarelawan).
saya mengenal program volunteer ini selama masa orientasi yang saya ikuti di La Trobe university. Setiap akhir tahun, pihak kampus memberikan apresiasi yang lebih terhadap mahasiswa yang menjadi volunteer dengan memberikan La Trobe Awards bagi mahasiwa yang telah menjadi volunteer dengan akumulasi 50 jam kerja dalam durasi waktu 1 tahun. Tentunya hal ini akan menjadi nilai tambah tersendiri pada saat saya sudah menyelesaikan study saya disini dan kembali ke tanah rencong.
singkat cerita, saya mendaftarkan diri menjadi volunteer untuk “kite festival” ( festival layang layang) yang merupakan acara tahunan di daerah saya bermukim sekarang. Setelah mendapatkan briefing sehari sebelumnya, maka bersiap siaplah saya untuk menuju tempat acara ditemani ransel kesayangan berisikan kacamata reben, sunscreen dan air mineral dikarenakan cuaca yang mencapai 27 derajat celcius. Dengan sigap saya menuju Edwardes Lake Park, tempat penyelenggaraan acara yang dapat ditempuh dalam kurun waktu 10 menit dari apartment saya dengan menggunakan bus.
Selama di perjalanan, saya baca lagi mengenai tugas saya yang menjadi “festival worker”. Dipikiran saya pada saat itu , mungkin saya di tugaskan di bagian informasi. Tiba di sana, setelah melaporkan diri, Emily Fuller, yang menjadi koordinator langsung memberikan tugas yang saya tidak duga-duga, yaitu menjadi tukang parkir di area VIP. Area parkir ini dikhususkan untuk kru, panitia, pengisi acara serta tamu kehormatan. sesampai di area parkir , saya di berikan walkie talkie untuk berkomunikasi dengan volunteer yang lain serta folder yang berisi nama tamu yang diizinkan untuk parkir di area tersebut.
Jam menunjukkan pukul satu siang, suasana cukup terik tapi angin sepoi-sepoi dan topi yang cukup lebar melindungi saya dari sinar matahari yang menyengat. satu persatu mobil berdatangan , ” hi, can I park here?” ( hai, boleh parkir disini ?) tanya seorang pengendara, dengan sigap saya menjawab ” are you crew, performer or VIP guests?” ( apakah anda salah satu kru, pengisi acara atau tamu VIP?) Pada saat jawabannya “just visitor” (cuman pengunjung), maka saya akan mengarahkan mereka ke area parkir umum. Tugas ini terdengar begitu simple, tapi pada kenyataannya ini merupakan tantangan tersendiri bagi saya. bayangkan saja, semakin lama semakin ramai kendaraan yang berdatangan bahkan menyebabkan antrian disepanjang jalan. ditambah lagi beberapa pengguna mobil yang marah dan kesal disebabkan area parkir yang saya jaga hanya dikhususkan untuk orang tertentu saja dan mereka harus mencari tempat parkir yang agak jauh. Walhasil, tidak jarang makian dan teriakan yang saya dapati, tapi hanya saya tanggapi dengan senyuman sambil mengatakan “sorry, we just have limited spaces here” ( maaf, areanya terbatas).
tapi hal ini sangat berkesan, karena ini benar benar mengasah kemampuan bahasa saya selain itu ada beberapa hal menarik yang saya temui. Ini mengenai alasan para pengunjung agar saya izinkan parkir diarea khusus tersebut, ada yang beralasankan karena ada anak-anak, ada orang tua atau ada orang cacat bahkan ada seorang pengunjung yang menawarkan “dirty money” (uang sogokan) kepada saya.
2 jam pun berlalu, saatnya volunteer yang lain mengambil alih tugas ini. saya kembali melapor ke pos dan mengambil voucher makan sebagai bentuk apresiasi panitia terhadap tenaga sukarelawan. Setelah itu, saya menghabiskan waktu saya dengan mengelilingi area festival, menonton ajang pencarian bakat yang diadakan panitia, belajar menari bersama pengunjung lainnya, menikmati pertunjukan layang-layang serta di akhiri dengan pertunjukan kembang api. sungguh pengalaman yang sangat mengesankan.
Saya sangat senang bisa terlibat di festival ini, selain bisa bertemu dan berkenalan dengan banyak orang, saya belajar untuk lebih menghargai pekerjaan seseorang sekecil apapun itu. Dan tidak sabar rasanya menemui kakek-kakek dan nenek-nenek yang ada disalah satu komunitas disekitar kampus sebagai bentuk kegiatan sukarelawan yang lainnya yang akan saya lakukan bulan depan.
Ditulis oleh :Revival Fardhiah, Mahasiswi Master of TESOL di La Trobe University, Melbourne, Australia
Di muat Di serambi bulan Maret 2013
Leave a Reply